Metode SDLC (Software Development Life Cycle)

 

Nama : Dimas Febri Kuncoro                                                         

Nim   : 210111002                                                                                            

Prodi  : S1 Informatika

MK    : Rekayasa Perangkat Lunak


Metode SDLC (Software Development Life Cycle)

SDLC (Software Development Life Cycle) adalah kerangka kerja atau model manajemen proyek terstruktur yang menguraikan fase-fase yang diperlukan untuk membangun sistem TI, dari awal hingga hasil akhir. Tujuan dari Software Development Life Cycle adalah untuk menciptakan proses produksi yang efektif dan berkualitas tinggi agar dapat memenuhi atau melampaui harapan klien sesuai dengan anggaran dan jadwal yang telah ditentukan. SDLC memiliki beberapa jenis, diantaranya :


1. Waterfall


Waterfall adalah salah satu model SDLC tertua. Kerangka kerja ini menekankan untuk terus maju dari satu tahap ke tahap berikutnya. Jadi, Anda harus benar-benar menyelesaikan suatu tahap secara sepenuhnya sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.

Kerangka kerja ini cocok untuk proyek kecil dengan hasil akhir yang mudah ditentukan dari awal. Namun untuk pengerjaan proyek besar, sebaiknya hindari penggunaan Waterfall karena kerangka kerja ini tidak cocok untuk proyek yang kompleks serta tidak fleksibel terhadap perubahan.

            Kelebihan Metode Waterfall: 

Semua masalah pengembangan dapat diteliti dan dikelola dalam fase desain (business process management). 

Setiap tahap model memiliki titik awal dan akhir yang jelas, sehingga mudah untuk mengelola dan memantau performa bisnis. 

Menjabarkan kebutuhan dan hasil yang jelas. 

Metode yang paling mudah dipahami pemula berkat dokumentasi teknis yang jelas dan rinci. 

            Kekurangan Metode Waterfall: 

Membutuhkan waktu lebih lama untuk merumuskan hasil akhir. 

Tidak memperhitungkan perubahan pada rencana bisnis atau pengaruh pangsa pasar selama proses perencanaan.

Tidak fleksibel karena metode ini tidak dapat memenuhi perkembangan atau perubahan orientasi pasar baru yang mungkin terjadi.


2. Agile

Agile adalah kerangka kerja untuk pengembangan software dengan proses yang ramping namun dapat menghasilkan produk akhir berkualitas tinggi. Kerangka kerja ini akan menggunakan urutan kerja inkremental (berkembang sedikit demi sedikit secara teratur) dan iteratif (berulang). Model SDLC ini membutuhkan tim pengembang yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dan cocok untuk pengembangan proyek berskala besar.

Beberapa kelebihan dari kerangka kerja ini seperti memungkinkan pengembangan dan pengujian yang cepat, masalah atau bug dapat segera terdeteksi dan diperbaiki, serta mengakomodasi perubahan atau peningkatan produk dalam proses pengembangan.

            Kelebihan Metode Agile: 

Mampu mengakomodasi perubahan baru yang terjadi selama fase pengembangan tanpa pengeluaran operasional yang tinggi (operating expense). 

Proses pengembangan dan pengujian yang cepat sehingga memungkinkan tim developer menemukan tindakan alternatif tertentu. 

Membantu tim menghemat banyak biaya dan waktu produksi berkat dokumentasi yang lebih sedikit. 

            Kekurangan Metode Agile: 

Hampir tidak mungkin untuk tim menentukan semua upaya yang diperlukan pada awal pengembangan. 

Berisiko tinggi ketika klien atau end user tidak yakin tentang persyaratan bisnis sehingga dapat memengaruhi pure risk pada perusahaan. 

Membutuhkan sumber daya yang berharga di samping tidak banyak menekankan proses perancangan dan dokumentasi.


3. Prototype

Metode prototype adalah metode yang memungkinkan pengguna atau user memiliki gambaran awal tentang perangkat lunak yang akan dikembangkan, serta pengguna dapat melakukan pengujian di awal sebelum perangkat lunak dirilis.

Metode ini bertujuan untuk mengembangkan model menjadi perangkat lunak yang final. Artinya sistem akan dikembangkan lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan lebih rendah. Metode prototype ini memiliki tahap-tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan perangkat lunak.

            Kelebihan metode prototype :

Mempersingkat waktu pengembangan perangkat lunak.

Penerapan fitur menjadi lebih mudah, karena pengembang mengetahui apa yang diharapkan.

            Kekurangan metode prototype :

Proses yang dilakukan untuk analisis dan perancangan terlalu singkat.

Kurang fleksibel jika terjadi perubahan.


4. Fountain

Metode fountain adalah perbaikan dari metode waterfall, di mana jenis tahapan masih sama. Namun beberapa jenis tahapan boleh didahulukan atau dilewati, tetapi ada tahapan yang tidak bisa dilewati, contohnya seperti kamu memerlukan design sebelum melakukan implementasi, jika hal tersebut dilewati maka akan ada tumpang tindih.

            Kelebihan metode fountain:

Memiliki proses yang terurut, sehingga pengerjaan dapat terjadwal dengan baik dan mudah.

Cocok untuk sistem dengan kompleksitas rendah (predictable).

Dapat melewati atau mendahulukan beberapa tahapan.

Setiap proses yang dilakukan tidak dapat saling tumpah tindih.

            Kekurangan metode waterfall:

Waktu pengerjaan relatif lebih lama, karena harus menunggu tahap sebelumnya selesai.

Biaya yang dibutuhkan lebih mahal karena waktu pengembangan yang dibutuhkan lebih lama.

Model fountain ini kurang cocok untuk pengembangan proyek yang memiliki kompleksitas tinggi.


Komentar